Selalu ada fenomena alam yang menarik di Eropa. Kali ini di Rjukan, Norwegia yang merupakan kota tanpa cahaya matahari. Meski matahari bersinar terik, kotanya akan tetap gelap. Mengapa bisa begitu?
Kota Rjukan masuk dalam kawasan Telemark, tepatnya di lembah di kaki
Gunung Gaustatoppen. Jarak dari Kota Oslo, ibukota Norwegia ke sana
sekitar 2 jam 30 menit. Rjukan, sebenarnya kota industri dan bukan kota
wisata.
Namun, Rjukan selalu bikin traveler penasaran. Bukan karena bentang
alam, sejarah atau pun budaya, melainkan karena fenomena berupa kota ini
tidak terkena cahaya matahari!
Seperti yang dikutip detik.com dari
situs resmi Visit Norway, fenomena tersebut terjadi selama 6 bulan
dalam setahun, dari sekitar bulan September sampai Maret kala musim
dingin tiba. Sebenarnya, matahari muncul saat itu tetapi cahayanya tidak
sampai ke kotanya.
Mengapa bisa begitu? Jawabannya adalah karena lereng-lereng curam dan
pegunungan yang mengepung kotanya. Uniknya saat musim-musim lain, cahaya
matahari justru bisa menyinari kotanya. Mungkin, gara-gara posisi
mataharinya saja.
Di tahun 1913, pendiri Kota Rjukan, Sam Eyde memiliki ide cemerlang. Dia
yang kasihan melihat warganya karena tidak bisa merasakan sinar
matahari, lantas merancang pembuatan cermin raksasa di atas gunung. Dari
cermin itulah nantinya, terpantul cahaya matahari.
Namun sayang, ide dari Sam Eyde tidak dapat terealisasikan karena faktor
biaya. Teknologi yang juga belum canggih, membuatnya harus gigit jari.
Para penduduk pun harus rela naik gondola ke atas lereng gunung kalau
mau kena cahaya matahari.
Lalu selanjutnya di tahun 2013, salah seorang warga yang bekerja di
pembangkit hidroelektrik, Martin Andersen punya ide cemerlang. Dia
membuat tiga cermin khusus berukuran 17 meter persegi dan diletakan di
atas lereng gunung setinggi 450 meter. Cerminnya menggunakan metode
heliostat.
Heliostat adalah salah satu cara baru untuk memanfaatkan sinar matahari
sebagai penerangan. Tetapi, itu tidak mengkonversi panas menjadi energi
listrik melainkan hanya memanfaatkan sinar matahari untuk dipantulkan ke
dalam sebuah ruang sebagai penerangan.
Cahaya mataari yang terpantul dari cermin-cermin tersebut, bisa
menerangi kota seluas 600 meter persegi. Tentu, hal ini jadi kabar
gembira bagi penduduk setempat yang bisa bersantai tanpa harus cape-cape
naik ke lereng gunung.
Andersen menggelontorkan dana sampai 5 juta Nok atau sekitar Rp 8
Miliar. Kabarnya, uang sebanyak itu didapatkan dari hasil sponsor dan
bantuan pemerintah. Andersen pun diganjar penghargaan dan dielu-elukan
penduduk setempat. Nama untuk penemuannya itu adalah ‘The Sun Mirror’.
Kota Rjukan sendiri dihuni oleh sekitar 3.500 penduduk. Walau sudah
mendapat pantulan cahaya matahari, tetap saja suasana kotanya sedikit
gelap seperti malam. Pengalaman unik, yang bisa didapatkan saat
traveling ke Norwegia.
http://terselubung.in
0 komentar:
Posting Komentar